Terjemahan tentang hadits iman,Islam dan ihsan​ !

Terjemahan tentang hadits iman,Islam dan ihsan​ !

Jawaban 1 :

Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.

Dijawab Oleh :

Dr. Yohanes Nong Loar, M.Pd

Jawaban 2 :

Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.

Baca Juga:  Tuliskan hadits tentang Ridho allah tergantung kepada keridhoan orangtua ?

Dijawab Oleh :

Arif Kuswandi, S.Pd.I

Penjelasan :

Memahami Pilar-Pilar Agama: Iman, Islam, dan Ihsan

Islam adalah agama yang sempurna, dan kesempurnaannya tercermin dalam tiga dimensi utama yang saling melengkapi. Ketiga dimensi ini, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan, merupakan tingkatan spiritual yang perlu dicapai oleh setiap Muslim. Iman adalah keyakinan dalam hati, Islam adalah amalan lahiriah, dan Ihsan adalah kesadaran spiritual tertinggi dalam beribadah.

Memahami perbedaan dan keterkaitan antara ketiganya sangat penting. Seseorang mungkin mengaku berislam (melakukan syahadat, shalat, zakat, puasa, haji), namun belum tentu imannya kuat atau mencapai tingkatan ihsan. Sebaliknya, iman yang kokoh semestinya akan mendorong pada praktik Islam yang benar dan menghantarkan pada puncak ihsan. Semua ini dijelaskan secara rinci dalam hadits tentang iman islam dan ihsan, khususnya Hadits Jibril.

Hadits Jibril: Fondasi Utama Pemahaman Iman, Islam, dan Ihsan

Hadits Jibril adalah salah satu hadits yang paling fundamental dan sering disebut sebagai “Ummul Hadits” (induknya hadits) karena mencakup banyak ajaran pokok dalam Islam. Hadits ini diriwayatkan oleh sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu dan terdapat dalam Shahih Muslim. Hadits ini secara eksplisit menjelaskan definisi dari Islam, Iman, dan Ihsan melalui pertanyaan-pertanyaan Malaikat Jibril kepada Rasulullah ﷺ.

Terjemahan Lengkap Hadits Jibril

Berikut adalah intisari terjemahan dari Hadits Jibril yang menjelaskan hadits tentang iman islam dan ihsan:

Suatu hari, ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah ﷺ, tiba-tiba muncul seorang laki-laki berpakain sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas perjalanan jauh, dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Nabi ﷺ, menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi ﷺ dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Nabi ﷺ, kemudian berkata:

“Wahai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah ﷺ menjawab: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melaksanakannya.”
Laki-laki itu berkata: “Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya.

Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman.”
Rasulullah ﷺ menjawab: “Iman adalah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Kiamat, dan engkau beriman kepada Qadar (takdir) yang baik maupun yang buruk.”
Laki-laki itu berkata: “Engkau benar.”

Baca Juga:  Sebutkan pengertian fardhu kifayah dan pengertian fardhu 'ain! !

Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Ihsan.”
Rasulullah ﷺ menjawab: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Laki-laki itu berkata: “Engkau benar.”

Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Hari Kiamat.”
Rasulullah ﷺ menjawab: “Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya.”
Ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya.”
Rasulullah ﷺ menjawab: “Apabila seorang budak wanita melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang yang telanjang kaki, tidak berpakaian, miskin, penggembala kambing, berlomba-lomba meninggikan bangunan.”

Kemudian laki-laki itu pergi. Setelah beberapa saat, Nabi ﷺ bertanya kepadaku: “Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya dia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu agamamu.”

Makna Mendalam Bagian Iman dalam Hadits Jibril

Bagian Iman dalam hadits tentang iman islam dan ihsan menjelaskan enam pilar keyakinan yang wajib diyakini oleh setiap Muslim. Keyakinan ini adalah fondasi spiritual yang membentuk pandangan hidup seorang Muslim.

  • Beriman kepada Allah: Mengesakan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, dengan segala sifat kesempurnaan-Nya.
  • Beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya: Meyakini keberadaan malaikat sebagai makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya, patuh, dan melaksanakan tugas-tugas dari-Nya.
  • Beriman kepada Kitab-kitab-Nya: Meyakini semua kitab suci yang diturunkan Allah kepada para nabi, mulai dari Taurat, Zabur, Injil, hingga Al-Qur’an sebagai penyempurna dan penjaga.
  • Beriman kepada Rasul-rasul-Nya: Meyakini semua nabi dan rasul yang diutus Allah untuk membimbing umat manusia, dengan Nabi Muhammad ﷺ sebagai penutup para nabi dan rasul.
  • Beriman kepada Hari Kiamat: Meyakini adanya kehidupan setelah mati, hari perhitungan amal, surga, dan neraka sebagai balasan atas perbuatan manusia di dunia.
  • Beriman kepada Qadar (Takdir) yang baik maupun yang buruk: Meyakini bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak dan ketetapan Allah, baik yang terlihat baik maupun buruk bagi manusia.

Penjelasan Komprehensif tentang Islam Menurut Hadits Jibril

Bagian Islam dalam hadits tentang iman islam dan ihsan menjelaskan lima rukun Islam yang merupakan amalan lahiriah dan menjadi tiang agama. Ini adalah praktik-praktik yang secara fisik dilakukan oleh seorang Muslim.

  • Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah (Syahadat): Ini adalah pondasi Islam, pengakuan lisan dan keyakinan hati tentang keesaan Allah dan kenabian Muhammad ﷺ.
  • Mendirikan shalat: Melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam sebagai tiang agama dan sarana komunikasi langsung dengan Allah.
  • Menunaikan zakat: Mengeluarkan sebagian harta yang telah mencapai nisab dan haul untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya, sebagai bentuk solidaritas sosial dan pembersihan harta.
  • Berpuasa di bulan Ramadhan: Menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari selama bulan Ramadhan, sebagai latihan spiritual dan pengendalian diri.
  • Menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melaksanakannya: Melaksanakan ibadah haji ke Mekah bagi yang mampu secara fisik dan finansial, sebagai puncak ibadah dan penyempurna rukun Islam.

Mengupas Tuntas Dimensi Ihsan: Puncak Kesempurnaan Ibadah

Ihsan adalah tingkatan tertinggi dalam beragama, melebihi Iman dan Islam. Ia adalah ruh dari ibadah dan akhlak seorang Muslim. Bagian ihsan dalam hadits tentang iman islam dan ihsan menjelaskan esensi dari kesempurnaan ibadah.

Baca Juga:  Mengapa ibu semakin senang? Ibu semakin senang karena...

Apa Itu Ihsan? Definisi dan Pentingnya

Ihsan didefinisikan oleh Rasulullah ﷺ sebagai “engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” Definisi ini menyoroti dua tingkat kesadaran. Tingkat pertama adalah muraqabah (merasa diawasi oleh Allah), yaitu keyakinan bahwa Allah senantiasa melihat, mendengar, dan mengetahui segala perbuatan kita. Tingkat kedua yang lebih tinggi adalah musyahadah (merasa melihat Allah), yaitu kesadaran penuh akan kehadiran Allah yang begitu kuat sehingga seolah-olah kita melihat-Nya secara langsung.

Pentingnya Ihsan terletak pada kemampuannya untuk meningkatkan kualitas ibadah dan akhlak. Dengan ihsan, ibadah tidak lagi sekadar rutinitas atau kewajiban yang digugurkan, melainkan menjadi pengalaman spiritual yang mendalam, penuh kekhusyukan, dan keikhlasan.

Praktik Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari

Ihsan tidak hanya terbatas pada ibadah ritual, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan seorang Muslim. Penerapan ihsan membawa dampak positif yang luas.

Ihsan dalam Beribadah

  • Shalat: Melaksanakan shalat dengan khusyuk, memahami makna bacaan, dan merasakan kehadiran Allah, bukan hanya sekadar gerakan fisik.
  • Puasa: Menahan diri tidak hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari perkataan sia-sia, perbuatan maksiat, dan segala hal yang dapat mengurangi pahala puasa.
  • Zakat dan Sedekah: Memberi dengan tulus, tanpa riya’, dan memilih harta yang terbaik untuk diberikan.
  • Membaca Al-Qur’an: Membaca dengan tadabbur (merenungkan maknanya), berusaha memahami, dan mengamalkannya.

Ihsan dalam Muamalah (Interaksi Sosial)

  • Berbicara: Berkata-kata yang baik, jujur, tidak menyakiti, dan bermanfaat bagi orang lain.
  • Bekerja: Melakukan pekerjaan dengan profesionalisme, kejujuran, dan memberikan hasil terbaik, seolah-olah Allah melihat setiap detail usaha kita.
  • Berinteraksi dengan Sesama: Berbuat baik kepada tetangga, menghormati orang tua, menyayangi yang lebih muda, menolong yang membutuhkan, dan menjaga silaturahmi.
  • Menjaga Lingkungan: Tidak merusak alam, menjaga kebersihan, dan menggunakan sumber daya secara bijaksana, karena bumi adalah amanah dari Allah.

Relevansi Hadits tentang Iman Islam dan Ihsan di Era Modern

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tantangan, pemahaman serta pengamalan hadits tentang iman islam dan ihsan menjadi semakin relevan dan krusial. Konsep-konsep ini menawarkan panduan yang tak lekang oleh waktu untuk menjalani hidup yang bermakna dan seimbang.

Membangun Karakter Muslim yang Holistik

Hadits Jibril mengajarkan kita untuk membangun karakter yang holistik, di mana keyakinan hati (iman), amalan fisik (islam), dan kualitas spiritual (ihsan) saling menguatkan. Ini membentuk individu yang tidak hanya taat secara lahiriah, tetapi juga memiliki hati yang bersih, akhlak mulia, dan kesadaran akan kehadiran Ilahi dalam setiap langkahnya. Muslim yang mengamalkan ketiga pilar ini akan menjadi pribadi yang seimbang, produktif, dan bermanfaat bagi masyarakat.

Menjawab Tantangan Spiritual Kontemporer

Di era digital dan globalisasi, banyak tantangan muncul yang dapat mengikis spiritualitas. Mulai dari materialisme, individualisme, hingga krisis moral. Pemahaman yang kokoh terhadap hadits tentang iman islam dan ihsan dapat menjadi benteng pertahanan. Iman memberikan kekuatan batin, Islam memberikan kerangka tindakan yang benar, dan Ihsan memberikan kesadaran spiritual untuk tetap berada di jalan Allah, terlepas dari godaan dunia. Ini membantu individu untuk tetap istiqamah, menjaga integritas, dan menemukan kedamaian sejati di tengah gejolak zaman.

Kesimpulan

Hadits Jibril adalah mutiara berharga dalam khazanah Islam yang memberikan pemahaman komprehensif tentang tiga dimensi utama agama: Iman, Islam, dan Ihsan. Dari hadits tentang iman islam dan ihsan ini, kita belajar bahwa Islam bukanlah sekadar agama ritual semata, melainkan sebuah sistem kehidupan yang utuh, mencakup keyakinan hati, amalan fisik, dan kualitas spiritual tertinggi. Mengimani rukun iman, menjalankan rukun Islam, dan mencapai tingkatan Ihsan adalah perjalanan spiritual seorang Muslim menuju kedekatan dengan Allah SWT dan kesempurnaan akhlak. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran yang terkandung dalam hadits ini, setiap Muslim dapat membangun fondasi agama yang kokoh, menjalani hidup yang bermakna, dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top