Islam mengajar- kan umatnya untuk berbuat baik dan menjauhi larangan Allah Swt,Di bawah ini kalimat yang sesuai pernyataan di atas adalah ?

Islam mengajar- kan umatnya untuk berbuat baik dan menjauhi larangan Allah Swt,Di bawah ini kalimat yang sesuai pernyataan di atas adalah ?

Jawaban 1 :

hal tersebut terkandung dalam Surat Al Maidah ayat 3

Dijawab Oleh :

Drs. Rochadi Arif Purnawan, M.Biomed

Jawaban 2 :

hal tersebut terkandung dalam Surat Al Maidah ayat 3

Dijawab Oleh :

Dra. Nilawati, M.Pd

Penjelasan :

Islam: Panduan Hidup yang Sempurna dari Allah SWT

Dari awal penciptaan, Allah SWT telah menganugerahkan petunjuk kepada manusia, dan puncaknya adalah dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW membawa risalah Islam. Islam adalah agama yang Allah sempurnakan dan Allah jadikan sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Kesempurnaan ini tercermin dari ajarannya yang mencakup seluruh dimensi kehidupan, mulai dari ibadah personal, interaksi sosial, ekonomi, politik, hingga etika dan moral.

Tidak ada satu pun aspek kehidupan yang luput dari panduan Islam. Setiap aturan dan larangan yang ditetapkan bukan tanpa alasan, melainkan demi kemaslahatan umat manusia itu sendiri. Allah SWT, dengan segala kebijaksanaan-Nya, mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya, dan petunjuk-petunjuk-Nya adalah bukti nyata dari kasih sayang-Nya yang tak terbatas.

Melalui Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, umat Islam memiliki sumber rujukan yang jelas dan tak terbantahkan. Kedua sumber ini menjadi pedoman utama dalam memahami kehendak Allah dan cara mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, setiap Muslim memiliki arah yang terang dalam menjalani hidupnya, jauh dari kebingungan dan kekosongan spiritual.

Fondasi Ajaran Islam: Berbuat Kebaikan (Ihsan)

Berbuat kebaikan atau ihsan adalah salah satu pilar utama dalam ajaran Islam. Konsep ihsan tidak hanya sebatas melakukan perbuatan baik secara lahiriah, melainkan juga mencakup niat tulus yang hanya mengharap ridha Allah SWT. Ini adalah tingkatan tertinggi dalam beribadah, di mana seseorang merasa diawasi oleh Allah SWT dalam setiap tindakannya, seolah-olah melihat-Nya atau setidaknya merasa dilihat oleh-Nya.

Dalam Islam, kebaikan memiliki cakupan yang sangat luas. Ia tidak hanya terbatas pada amalan ibadah ritual seperti shalat, puasa, zakat, atau haji, tetapi juga merangkum seluruh aspek interaksi sosial dan kepedulian terhadap lingkungan. Seorang Muslim diajarkan untuk menjadi agen perubahan positif di manapun ia berada, membawa manfaat bagi dirinya dan orang lain.

Ganjaran bagi mereka yang berbuat baik sangatlah besar, baik di dunia maupun di akhirat. Kebaikan akan melahirkan ketenangan hati, keberkahan dalam hidup, serta cinta dan penghormatan dari sesama. Lebih dari itu, di akhirat kelak, Allah SWT telah menjanjikan surga sebagai balasan bagi hamba-hamba-Nya yang senantiasa menabur kebaikan di muka bumi ini.

Pentingnya Akhlak Mulia dalam Islam

Akhlak mulia adalah cerminan dari keimanan seseorang. Rasulullah SAW bersabda bahwa sesungguhnya beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak. Ini menunjukkan betapa sentralnya peran akhlak dalam ajaran Islam, bahkan lebih ditekankan daripada aspek ritual semata. Akhlak yang baik adalah tanda dari hati yang bersih dan jiwa yang tunduk kepada Allah SWT.

Baca Juga:  Contoh Al Yaqinu la yuzalu bisy syak dalam kehidupan sehari hari !

Seorang Muslim yang berakhlak mulia akan senantiasa jujur, amanah, santun dalam bertutur kata, adil dalam bersikap, dan sabar dalam menghadapi cobaan. Mereka adalah pribadi yang mampu mengendalikan amarah, memaafkan kesalahan orang lain, dan selalu berusaha memberikan manfaat bagi sesamanya. Akhlak mulia inilah yang membangun pondasi masyarakat yang harmonis dan penuh kedamaian.

Mengembangkan akhlak mulia memerlukan usaha dan latihan yang berkelanjutan. Dimulai dari diri sendiri, dengan introspeksi dan muhasabah diri, kemudian dilanjutkan dengan meneladani pribadi Rasulullah SAW yang merupakan uswah hasanah (contoh teladan terbaik). Dengan demikian, setiap Muslim dapat secara bertahap memperbaiki dirinya menjadi pribadi yang lebih baik.

Kebaikan kepada Sesama Manusia dan Lingkungan

Islam sangat menekankan pentingnya berbuat baik kepada sesama manusia, tanpa memandang suku, ras, atau agama. Kebaikan ini dimulai dari keluarga terdekat seperti orang tua, suami/istri, anak-anak, kemudian meluas kepada kerabat, tetangga, fakir miskin, anak yatim, hingga musafir dan bahkan orang yang belum dikenal. Setiap interaksi harus dilandasi dengan rasa kasih sayang dan kepedulian.

Selain itu, Islam juga mengajarkan untuk menjaga kelestarian lingkungan alam. Bumi ini adalah titipan dari Allah SWT yang harus dipelihara dengan sebaik-baiknya. Merusak lingkungan, mencemari air, atau menebang pohon secara sembarangan adalah perbuatan yang dilarang karena dapat menimbulkan kerusakan dan membahayakan kehidupan makhluk lain. Kebaikan juga berarti menjadi khalifah di bumi yang bertanggung jawab.

Rasulullah SAW memberikan banyak contoh tentang bagaimana berbuat baik kepada sesama dan lingkungan. Beliau mengajarkan untuk menyingkirkan duri di jalan adalah sedekah, memberi makan hewan, hingga menanam pohon. Ini menunjukkan bahwa konsep kebaikan dalam Islam sangat holistik dan mencakup seluruh aspek kehidupan di dunia ini.

Ganjaran Berbuat Baik di Dunia dan Akhirat

Setiap perbuatan baik yang dilakukan seorang Muslim tidak akan pernah sia-sia di hadapan Allah SWT. Di dunia ini, kebaikan seringkali dibalas dengan kebaikan serupa, atau setidaknya membawa kedamaian dan keberkahan dalam hidup. Orang yang gemar menolong sesama akan lebih mudah mendapatkan pertolongan saat ia membutuhkan. Hati yang tulus berbuat baik akan merasakan ketenangan batin yang tak ternilai.

Namun, ganjaran terbesar bagi mereka yang berbuat baik adalah di akhirat kelak. Allah SWT telah menjanjikan surga sebagai tempat kembali bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh. Surga adalah tempat penuh kenikmatan abadi, di mana segala keinginan akan terpenuhi dan tidak ada lagi kesedihan maupun penderitaan. Ini adalah tujuan akhir dari setiap Muslim yang berusaha menjalani hidup sesuai tuntunan-Nya.

Ganjaran ini tidak hanya berlaku untuk perbuatan baik yang besar, tetapi juga untuk kebaikan-kebaikan kecil yang seringkali dianggap remeh. Setiap senyum, setiap kata baik, setiap uluran tangan, semuanya akan dihitung sebagai amal kebaikan di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, seorang Muslim diajarkan untuk senantiasa mencari kesempatan untuk berbuat kebaikan, sekecil apapun itu.

Baca Juga:  Bangkai binatang yang halal dimakan Adalah ?

Menjauhi Larangan Allah SWT: Batasan Demi Kebaikan Bersama

Selain anjuran untuk berbuat baik, Islam juga dengan tegas melarang umatnya melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang dapat merugikan diri sendiri, orang lain, maupun masyarakat secara keseluruhan. Larangan-larangan ini bukanlah bentuk pembatasan kebebasan yang sewenang-wenang, melainkan sebuah bentuk perlindungan dari Allah SWT demi kemaslahatan hamba-Nya.

Setiap larangan yang Allah tetapkan memiliki hikmah dan alasan yang mendalam. Misalnya, larangan meminum khamar (minuman keras) adalah untuk menjaga akal dan kesehatan; larangan berzina untuk menjaga kehormatan dan keturunan; dan larangan mencuri untuk menjaga harta benda serta ketertiban sosial. Semua larangan ini bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang damai, adil, dan bermartabat.

Menjauhi larangan Allah SWT adalah wujud ketaatan dan keimanan seorang hamba. Ini menunjukkan bahwa seseorang memahami bahwa ada batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar demi menjaga keseimbangan dan keharmonisan hidup. Dengan menjauhi larangan, seorang Muslim turut berkontribusi dalam membangun masyarakat yang bersih dari kemaksiatan dan kerusakan.

Konsep Halal dan Haram dalam Syariat Islam

Dalam Islam, setiap aspek kehidupan diatur oleh konsep halal (diperbolehkan) dan haram (dilarang). Batasan ini menjadi panduan jelas bagi umat Islam dalam setiap tindakan, perkataan, hingga pilihan makanan dan minuman. Memahami dan mematuhi konsep halal dan haram adalah bagian integral dari menjalankan syariat Islam.

Konsep halal dan haram mencakup berbagai bidang, seperti makanan, minuman, pakaian, transaksi bisnis, pernikahan, dan bahkan cara berinteraksi. Makanan dan minuman yang halal haruslah bersih, tidak membahayakan, dan disembelih sesuai syariat jika berupa hewan. Transaksi bisnis harus bebas dari riba, penipuan, dan unsur ketidakjelasan.

Hikmah di balik penetapan halal dan haram sangatlah besar. Selain menjaga kesehatan fisik dan spiritual, juga bertujuan untuk melindungi kehormatan, harta, akal, dan agama. Dengan mematuhi batasan ini, seorang Muslim akan terhindar dari berbagai bahaya dan kerusakan yang mungkin timbul akibat melanggar ketentuan Allah SWT.

Dampak Negatif Melanggar Larangan Allah

Melanggar larangan Allah SWT, atau yang biasa disebut dengan maksiat dan dosa, memiliki dampak negatif yang luas, baik bagi individu maupun masyarakat. Secara individual, dosa dapat mengeraskan hati, menghilangkan ketenangan jiwa, dan menjauhkan seseorang dari rahmat Allah. Dosa juga dapat menyebabkan penyakit fisik dan mental akibat gaya hidup yang tidak sehat.

Secara sosial, pelanggaran terhadap larangan Allah dapat merusak tatanan masyarakat. Misalnya, korupsi merusak keadilan, perzinahan merusak institusi keluarga, dan kekerasan menciptakan ketakutan. Jika kemaksiatan merajalela, maka keberkahan akan dicabut, dan Allah SWT dapat menurunkan azab-Nya sebagai peringatan bagi umat manusia.

Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menjauhi segala bentuk larangan dan segera bertaubat jika terlanjur melakukannya. Taubat adalah pintu ampunan Allah yang senantiasa terbuka bagi hamba-Nya yang menyesali perbuatannya dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.

Bahaya Dosa Besar dan Kecil

Dalam Islam, dosa dikategorikan menjadi dosa besar (kaba’ir) dan dosa kecil (shagha’ir). Dosa besar adalah dosa yang diancam dengan azab neraka, kemurkaan Allah, atau disebutkan hukuman duniawi yang berat, seperti syirik, membunuh, berzina, durhaka kepada orang tua, dan memakan harta anak yatim. Dosa besar memerlukan taubat yang sungguh-sungguh untuk diampuni.

Baca Juga:  Bagaimana menurut pendapat kalian jika ada teman ber su'udzan kepada kalian ?

Dosa kecil adalah dosa-dosa yang tidak termasuk kategori dosa besar. Meskipun disebut kecil, bukan berarti dosa ini boleh diremehkan. Dosa kecil yang terus-menerus dilakukan dapat menumpuk dan menjadi dosa besar, sebagaimana tetesan air yang terus-menerus dapat melubangi batu. Dosa kecil dapat terhapus dengan melakukan amal kebaikan, shalat lima waktu, puasa, dan sedekah.

Penting bagi setiap Muslim untuk memahami perbedaan antara dosa besar dan kecil agar dapat lebih waspada dan berhati-hati dalam setiap tindakan. Menjauhi dosa-dosa besar adalah prioritas utama, sementara dosa-dosa kecil harus dihindari dengan memperbanyak istighfar dan amal saleh.

Menjaga Diri dari Godaan dan Maksiat

Menjaga diri dari godaan dan maksiat adalah sebuah perjuangan yang membutuhkan tekad kuat dan kesabaran. Lingkungan dan hawa nafsu seringkali menjadi pemicu seseorang untuk terjerumus dalam larangan Allah. Oleh karena itu, Islam memberikan beberapa tips praktis untuk melindungi diri dari godaan setan.

Pertama, perbanyaklah ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui shalat, membaca Al-Qur’an, dzikir, dan doa. Kekuatan spiritual akan menjadi benteng terkuat. Kedua, pilih teman dan lingkungan yang baik (shalih). Lingkungan yang positif akan mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan dan menjauhi kemaksiatan. Ketiga, kendalikan hawa nafsu dengan berpuasa dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat.

Dengan senantiasa mengingat Allah, menjaga pergaulan, dan mengendalikan diri, seorang Muslim dapat lebih mudah menjauhi larangan-larangan-Nya. Ini adalah bagian dari jihad melawan hawa nafsu yang merupakan jihad terbesar.

Islam sebagai Agama Rahmatan Lil Alamin

Pada hakikatnya, islam adalah agama yang Allah sempurnakan dan Allah turunkan sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam. Ajaran untuk berbuat baik dan menjauhi larangan adalah manifestasi dari rahmat ini, yang bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang damai, adil, dan sejahtera bagi semua makhluk. Islam tidak hanya menawarkan keselamatan di akhirat, tetapi juga solusi bagi permasalahan hidup di dunia.

Keseimbangan antara hak dan kewajiban, antara dunia dan akhirat, antara individu dan masyarakat, adalah ciri khas ajaran Islam. Ia tidak mengajarkan ekstremisme, melainkan moderasi (wasatiyah) dalam segala hal. Setiap hukum dan aturan yang ditetapkan Allah SWT adalah demi kemaslahatan universal, menjamin hak-hak, dan menjaga martabat setiap individu.

Seorang Muslim yang sejati adalah mereka yang mampu merefleksikan ajaran Islam dalam perilakunya sehari-hari, menjadi contoh kebaikan, dan menjauhkan diri dari segala bentuk kerusakan. Mereka adalah duta rahmat Allah di muka bumi, membawa kedamaian dan keadilan di manapun mereka berada.

Kesimpulan

Islam adalah agama yang komprehensif dan sempurna, membimbing umatnya untuk mencapai kebahagiaan sejati. Inti dari ajarannya adalah dorongan kuat untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhi segala larangan Allah SWT. Kebaikan mencakup akhlak mulia, kepedulian terhadap sesama dan lingkungan, serta ketaatan dalam ibadah, yang semuanya akan berbuah ganjaran di dunia dan akhirat.

Di sisi lain, larangan-larangan Allah SWT adalah batasan yang ditetapkan demi kemaslahatan bersama, melindungi manusia dari kerusakan dan kebinasaan. Mematuhi konsep halal dan haram, serta menjauhi dosa-dosa, adalah wujud keimanan dan bentuk penjagaan diri dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh kemaksiatan.

Dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip ini, seorang Muslim tidak hanya akan menemukan kedamaian dalam dirinya, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang harmonis dan diridai Allah SWT. Sungguh, islam adalah agama yang Allah sempurnakan dan Allah jadikan sebagai petunjuk terang bagi seluruh umat manusia menuju jalan kebaikan abadi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top