Golongan atau kelompok yg menyatakan bahwa administrasi adalah teknologi adalah ?
Jawaban 1 :
Golongan atau kelompok yang menyatakan bahwa administrasi adalah teknologi disebut dengan kameralis.
Dijawab Oleh :
Arif Kuswandi, S.Pd.I
Jawaban 2 :
Golongan atau kelompok yang menyatakan bahwa administrasi adalah teknologi disebut dengan kameralis.
Dijawab Oleh :
Aryani, S.Pd
Penjelasan :
Memahami Administrasi sebagai Teknologi: Sebuah Pergeseran Paradigma
Sebelum mengidentifikasi kelompoknya, penting untuk menyamakan persepsi tentang apa artinya “administrasi sebagai teknologi”. Pandangan ini menggeser fokus dari administrasi sebagai seni (yang sepenuhnya bergantung pada intuisi) atau sebagai rutinitas belaka, menuju administrasi sebagai teknologi sosial.
Teknologi sosial adalah seperangkat teknik, prosedur, dan metode yang dirancang secara sistematis untuk mengatur interaksi manusia dan mengelola organisasi guna mencapai hasil yang diinginkan. Sama seperti teknologi mekanik yang menggunakan prinsip fisika untuk membangun jembatan, teknologi administrasi menggunakan prinsip-prinsip ilmu sosial dan manajemen untuk membangun organisasi yang efektif dan efisien.
Identifikasi Kelompok Utama: Siapa Saja Mereka?
Jadi, menjawab pertanyaan utama, golongan atau kelompok yang menyatakan bahwa administrasi adalah teknologi yaitu terdiri dari beberapa aliran pemikiran dan praktik yang saling terkait. Mereka adalah para pelopor dan praktisi yang percaya bahwa efektivitas organisasi dapat direkayasa melalui penerapan metode yang terukur dan sistematis.
Pelopor Manajemen Ilmiah dan Pengikutnya
Kelompok pertama dan mungkin yang paling fundamental adalah para penganut Manajemen Ilmiah (Scientific Management). Dipelopori oleh Frederick Winslow Taylor pada awal abad ke-20, gerakan ini secara eksplisit memandang manajemen dan administrasi sebagai ilmu yang dapat diterapkan layaknya teknologi.
Taylor dan para pengikutnya percaya bahwa ada “satu cara terbaik” (one best way) untuk melakukan setiap pekerjaan. Mereka menggunakan studi waktu dan gerak (time and motion studies) untuk menganalisis dan merancang ulang proses kerja demi efisiensi maksimal. Bagi mereka, prosedur administratif, standar operasional, dan struktur organisasi adalah alat-alat teknis untuk mengoptimalkan produktivitas.
Akademisi dan Teoritikus Sistem
Kelompok berikutnya datang dari kalangan akademisi, terutama mereka yang menganut Teori Sistem (Systems Theory) dan pendekatan rasional dalam ilmu administrasi. Tokoh seperti Herbert A. Simon, seorang peraih Nobel Ekonomi, adalah contoh utamanya.
Simon berpendapat bahwa organisasi adalah sistem pemrosesan informasi dan pengambilan keputusan. Administrasi, dalam pandangannya, adalah teknologi untuk merancang proses pengambilan keputusan yang rasional di tengah keterbatasan kognitif manusia (bounded rationality). Mereka melihat struktur, hierarki, dan alur komunikasi sebagai komponen rekayasa sosial yang dirancang untuk mencapai tujuan organisasi secara logis dan terprediksi.
Praktisi New Public Management (NPM)
Di sektor publik, golongan atau kelompok yang menyatakan bahwa administrasi adalah teknologi yaitu para penganjur gerakan New Public Management (NPM). Gerakan yang populer sejak tahun 1980-an ini berupaya menerapkan teknik manajemen dari sektor swasta ke dalam administrasi publik.
Para praktisi NPM percaya bahwa birokrasi pemerintah dapat dibuat lebih efisien dan responsif dengan mengadopsi “teknologi” manajerial seperti:
- Pengukuran kinerja berbasis hasil (outcome-based performance metrics).
- Manajemen kontrak dan privatisasi.
- Prinsip persaingan dan pilihan bagi pengguna layanan publik.
Bagi mereka, administrasi publik bukanlah takdir yang kaku, melainkan sebuah sistem yang dapat dioptimalkan dengan alat-alat teknologi manajemen modern.
Landasan Pemikiran: Mengapa Administrasi Dianggap Teknologi?
Pandangan bahwa administrasi adalah teknologi tidak muncul tanpa alasan. Ada beberapa argumen fundamental yang mendasari pemikiran ini, yang dianut oleh kelompok-kelompok yang telah disebutkan di atas.
Fokus pada Efisiensi dan Efektivitas
Inti dari setiap teknologi adalah untuk menyelesaikan masalah atau mencapai tujuan dengan cara yang lebih baik, lebih cepat, atau lebih murah. Demikian pula, pandangan ini melihat administrasi sebagai kumpulan alat dan teknik yang tujuan utamanya adalah untuk memaksimalkan efisiensi (penggunaan sumber daya) dan efektivitas (pencapaian tujuan).
Sistematika dan Penerapan Proses
Teknologi bekerja melalui proses yang sistematis dan dapat diulang untuk menghasilkan output yang konsisten. Administrasi, dalam pandangan ini, juga demikian. Standar Operasional Prosedur (SOP), alur kerja (workflow), dan struktur organisasi adalah bentuk-bentuk “algoritma” sosial yang dirancang untuk memastikan tugas-tugas diselesaikan dengan cara yang terstandarisasi dan dapat diprediksi.
Contoh dalam Administrasi Bisnis
Di dunia korporat, kita melihat banyak “teknologi” administrasi yang diadopsi secara luas. Metode seperti Lean Management, Six Sigma, dan Agile Project Management adalah contoh nyata dari perangkat manajerial yang diterapkan secara sistematis untuk menghilangkan pemborosan, mengurangi cacat produk, dan meningkatkan kecepatan respons terhadap pasar.
Contoh dalam Administrasi Publik
Di sektor pemerintahan, penerapan teknologi administrasi terlihat pada sistem e-Government yang menyederhanakan layanan publik, sistem penganggaran berbasis kinerja yang mengalokasikan dana berdasarkan hasil yang terukur, dan sistem manajemen kepegawaian yang berbasis kompetensi. Ini semua adalah upaya “merekayasa” birokrasi agar lebih efektif.
Implikasi dan Kritik terhadap Pandangan Ini
Memandang administrasi sebagai teknologi membawa implikasi besar. Di satu sisi, pendekatan ini mendorong inovasi, perbaikan berkelanjutan, dan akuntabilitas. Organisasi tidak lagi pasrah pada tradisi, tetapi secara aktif mencari cara-cara baru yang lebih baik untuk beroperasi.
Namun, pandangan ini juga tidak luput dari kritik. Para kritikus berpendapat bahwa memandang administrasi murni sebagai teknologi berisiko dehumanisasi. Pendekatan ini dapat mengabaikan aspek manusiawi, kreativitas, etika, dan kompleksitas hubungan sosial di dalam organisasi. Jika terlalu kaku, “teknologi” administrasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak fleksibel dan mematikan inisiatif individu.
Kesimpulan
Pada akhirnya, pertanyaan mengenai golongan atau kelompok yg menyatakan bahwa administrasi adalah teknologi adalah sebuah penelusuran ke dalam evolusi pemikiran manajemen. Jawabannya merujuk pada beberapa pilar utama: para penganut Manajemen Ilmiah yang terobsesi dengan efisiensi, para akademisi Teori Sistem yang melihat organisasi sebagai mesin rasional, dan para reformis New Public Management yang ingin merekayasa ulang sektor publik.
Meskipun memiliki kelemahan, pandangan ini telah memberikan kontribusi besar dalam mendorong organisasi, baik swasta maupun publik, untuk menjadi lebih sistematis, terukur, dan berorientasi pada tujuan. Pemahaman ini mengajarkan kita bahwa administrasi bukanlah sekadar rutinitas, melainkan sebuah perangkat kuat yang dapat dirancang, dianalisis, dan ditingkatkan—layaknya sebuah teknologi canggih—untuk membangun masa depan yang lebih terorganisir dan produktif.
