Gapura adalah bangunan berupa pintu gerbang benar atau salah ?

Gapura adalah bangunan berupa pintu gerbang benar atau salah ?

Jawaban 1 :

benar

Dijawab Oleh :

Arif Kuswandi, S.Pd.I

Jawaban 2 :

benar

Dijawab Oleh :

Aryani, S.Pd

Penjelasan :

Memahami Definisi: Lebih dari Sekadar Pintu Gerbang

Secara harfiah, kata gapura berasal dari bahasa Sanskerta, gopura, yang berarti “pintu gerbang kota” atau “gerbang menara”. Dari asal katanya saja, kita bisa melihat bahwa fungsinya memang sebagai sebuah gerbang. Namun, dalam konteks arsitektur dan budaya Nusantara, gapura memiliki muatan makna yang jauh lebih luas.

Berbeda dengan gerbang modern yang fungsinya murni untuk keamanan atau estetika praktis, gapura adalah sebuah pernyataan. Ia adalah sebuah monumen yang menandai transisi, baik secara fisik maupun spiritual. Melewati sebuah gapura seringkali diartikan sebagai proses memasuki sebuah ruang dengan nuansa, aturan, atau tingkat kesucian yang berbeda dari area sebelumnya. Oleh karena itu, menyebutnya hanya pintu gerbang terasa kurang lengkap.

Makna Filosofis dan Spiritual di Balik Kemegahan Gapura

Setiap lekuk, ukiran, dan bentuk gapura dirancang dengan tujuan dan makna yang mendalam. Ia bukan sekadar hiasan, melainkan medium untuk menyampaikan pesan filosofis dan spiritual yang menjadi identitas kawasan tersebut.

Gerbang Antara Dua Dunia

Fungsi utama gapura secara filosofis adalah sebagai penanda transisi. Ia menjadi batas simbolis antara dunia luar (profan) dan dunia dalam (sakral). Saat seseorang melintasi pintu masuk atau gerbang ke suatu kawasan yang ditandai gapura, ia diharapkan meninggalkan hiruk pikuk dunia luar dan mempersiapkan diri secara mental dan spiritual untuk memasuki area yang lebih suci atau istimewa.

Baca Juga:  Golongan bangsawan adalah ?

Konsep ini sangat kental terasa pada gapura di kompleks pura, candi, atau keraton. Melewatinya adalah sebuah ritus kecil, sebuah momen untuk menyucikan pikiran sebelum berinteraksi dengan ruang yang lebih tinggi nilai spiritualnya.

Simbol Perlindungan dan Penjagaan

Banyak gapura, terutama jenis Paduraksa, dilengkapi dengan pintu dan seringkali diapit oleh arca penjaga yang disebut Dwarapala. Sosok raksasa yang memegang gada ini bukanlah hiasan semata, melainkan simbol penjaga yang bertugas menolak energi negatif atau niat jahat yang hendak memasuki kawasan suci.

Kehadiran elemen pelindung ini menegaskan bahwa gapura berfungsi sebagai benteng non-fisik. Ia menyaring tidak hanya siapa yang boleh masuk, tetapi juga energi dan niat apa yang layak untuk dibawa ke dalam sebuah kawasan yang dihormati.

Cerminan Status dan Identitas Kawasan

Kemegahan, material, dan kerumitan ukiran sebuah gapura seringkali mencerminkan status sosial, ekonomi, dan identitas kawasan yang dinaunginya. Gapura keraton yang terbuat dari batu bata merah pilihan dengan ukiran yang rumit menunjukkan kemakmuran dan kekuasaan kerajaan tersebut.

Di sisi lain, gapura desa yang terbuat dari bahan lokal dengan ornamen khas daerahnya menjadi penanda identitas komunal yang kuat. Ia seolah berkata, “Inilah kami, inilah wilayah kami.” Fungsi ini menjadikan gapura sebagai pintu masuk atau gerbang ke suatu kawasan yang penuh dengan kebanggaan.

Ragam Jenis Gapura di Arsitektur Nusantara

Kekayaan budaya Indonesia tercermin dari beragamnya jenis gapura yang ada. Dua jenis yang paling ikonik dan sering dijumpai, terutama dalam arsitektur Hindu-Buddha di Jawa dan Bali, adalah Gapura Bentar dan Gapura Paduraksa.

Gapura Bentar: Gerbang Terbelah Simbolis

Gapura Bentar, atau sering disebut juga Candi Bentar, adalah jenis gapura yang berbentuk seperti sebuah candi yang simetris dan dibelah sempurna menjadi dua bagian. Kedua sisi ini mengapit jalan masuk, menciptakan sebuah lorong tanpa atap.

Baca Juga:  ridho Allah SWT ada pada ridho orang tua dan murkanya Allah ada pada murka orang tua maksud hadis tersebut adalah​ ?

Gapura jenis ini biasanya diletakkan di batas terluar dari sebuah kompleks, seperti pura atau istana. Ia berfungsi sebagai pintu masuk atau gerbang ke suatu kawasan yang bersifat publik atau semi-publik di dalam kompleks tersebut. Secara filosofis, bentuknya yang terbelah melambangkan dualisme di alam semesta (baik-buruk, kanan-kiri) yang harus dilalui dengan seimbang untuk mencapai keharmonisan.

Gapura Paduraksa: Gerbang Beratap Nan Agung

Berbeda dengan Gapura Bentar, Gapura Paduraksa (atau Kori Agung di Bali) adalah gerbang yang memiliki atap penyambung di bagian atasnya. Seringkali, gapura ini juga dilengkapi dengan daun pintu yang terbuat dari kayu berukir.

Struktur yang tertutup ini memiliki makna yang lebih dalam dan biasanya ditempatkan di bagian yang lebih sakral atau privat.

Fungsi sebagai Batas Area Sakral

Gapura Paduraksa menandai batas menuju area yang tingkat kesuciannya lebih tinggi. Di kompleks pura, ia memisahkan area jaba tengah (halaman tengah) dari jeroan (halaman terdalam dan tersuci). Melewati Paduraksa berarti memasuki inti dari sebuah tempat suci, sebuah tindakan yang seringkali membutuhkan kesiapan spiritual yang lebih.

Hierarki dalam Arsitektur

Penempatan Gapura Bentar di luar dan Paduraksa di dalam menunjukkan adanya sebuah hierarki ruang yang jelas. Ini mengajarkan bahwa untuk mencapai inti (kesucian, kebijaksanaan, atau kekuasaan), seseorang harus melalui beberapa lapisan atau tahapan. Setiap pintu masuk atau gerbang ke suatu kawasan ini adalah ujian dan persiapan untuk tahap berikutnya.

Evolusi Fungsi Gapura di Era Modern

Seiring berjalannya waktu, fungsi dan bentuk gapura mengalami evolusi. Meskipun nilai sakralnya tetap lestari di tempat-tempat ibadah dan keraton, konsep gapura telah diadopsi secara luas untuk berbagai keperluan modern.

Kini, kita bisa melihat gapura megah berdiri sebagai penanda batas administrasi, seperti:

  • Gapura “Selamat Datang” di perbatasan kota atau kabupaten.
  • Gapura Desa yang menjadi simbol identitas dan kebanggaan warga.
  • Gapura Perumahan yang berfungsi sebagai gerbang utama sebuah kompleks hunian.
  • Gapura Institusi seperti universitas atau kantor pemerintahan.
Baca Juga:  Ki hajar dewantara mendefinisikan pendidikan sebagai tuntutan artinya ?

Meskipun desainnya mungkin lebih modern dan minimalis, fungsi dasarnya tetap sama: sebagai penanda visual yang kuat untuk sebuah pintu masuk atau gerbang ke suatu kawasan. Ia memberikan rasa “tiba” di suatu tempat yang memiliki identitas dan karakter tersendiri, memisahkannya dari ruang lain di sekitarnya.

Kesimpulan

Jadi, kembali ke pertanyaan awal: “Gapura adalah bangunan berupa pintu gerbang, benar atau salah?” Jawabannya adalah benar, tetapi tidak lengkap. Menyebut gapura sekadar pintu gerbang sama seperti menyebut candi sekadar tumpukan batu. Secara teknis benar, namun gagal menangkap jiwa dan esensinya.

Gapura adalah evolusi dari sebuah pintu gerbang menjadi sebuah karya arsitektur monumental yang sarat makna. Ia adalah pintu masuk atau gerbang ke suatu kawasan yang berfungsi sebagai penanda transisi, benteng spiritual, cerminan status, dan prasasti identitas. Baik dalam bentuk Candi Bentar yang terbelah maupun Paduraksa yang beratap, gapura adalah warisan budaya yang mengajarkan kita tentang ruang, hierarki, dan perjalanan spiritual menuju sebuah inti.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top