Filosofi pendidikan menurut ki hajar dewantara adalah ?

Filosofi pendidikan menurut ki hajar dewantara adalah ?

Jawaban 1 :

Menurut Ki Hadjar Dewantara, hakikat pendidikan adalah sebagai usaha untuk menginternalisasikan nilai-nilai budaya ke dalam diri anak, sehingga anak menjadi manusia yang utuh baik jiwa dan rohaninya.

Dijawab Oleh :

Drs. Rochadi Arif Purnawan, M.Biomed

Jawaban 2 :

Menurut Ki Hadjar Dewantara, hakikat pendidikan adalah sebagai usaha untuk menginternalisasikan nilai-nilai budaya ke dalam diri anak, sehingga anak menjadi manusia yang utuh baik jiwa dan rohaninya.

Dijawab Oleh :

Susi Ferawati, S.Pd

Penjelasan :

Konteks Historis dan Latar Belakang Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Untuk memahami secara utuh filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, penting untuk melihat konteks historis di mana pemikiran tersebut lahir. Ki Hajar Dewantara hidup di masa penjajahan Belanda, di mana pendidikan digunakan sebagai alat untuk mencetak pegawai rendahan dan mempertahankan status quo kolonial. Pendidikan yang ada sangat diskriminatif, hanya melayani kepentingan penjajah dan golongan elit pribumi.

Kondisi ini memicu Ki Hajar Dewantara untuk menggagas sebuah sistem pendidikan yang berbeda. Beliau menyadari bahwa kemerdekaan sejati tidak hanya diperoleh melalui perjuangan fisik, tetapi juga melalui pendidikan yang membebaskan jiwa dan pikiran. Dari sinilah filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara mulai terbentuk, berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan, kemanusiaan, dan kemerdekaan.

Pilar Utama Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Inti dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara terletak pada pandangannya bahwa pendidikan adalah proses menuntun, bukan memaksa. Ada beberapa pilar utama yang menjadi landasan pemikirannya.

Baca Juga:  Tanah rendah dikanan kiri sungai disebut ?

Pendidikan sebagai Tuntunan, Bukan Paksaan (Sistem Among)

Ki Hajar Dewantara memperkenalkan konsep Sistem Among, yang berarti mendidik dengan menuntun. Dalam sistem ini, guru (pamong) berperan sebagai fasilitator dan penuntun, bukan sebagai penguasa yang memaksakan kehendak. Anak-anak dibiarkan berkembang sesuai kodratnya, dengan guru memberikan arahan dan dukungan agar mereka tidak salah arah. Ini adalah esensi dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menghargai keunikan setiap individu.

Tujuannya adalah agar anak dapat menemukan kemerdekaan belajar mereka sendiri, mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, tanpa tekanan yang berlebihan. Pendidikan harus menciptakan suasana yang menyenangkan dan membebaskan, sehingga proses belajar menjadi pengalaman yang bermakna. Sistem Among ini menjadi ciri khas dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Konsep Kemerdekaan dalam Belajar

Kemerdekaan adalah kata kunci dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Beliau percaya bahwa anak harus diberikan kemerdekaan untuk belajar, berpikir, dan berkreasi. Kemerdekaan ini bukan berarti kebebasan tanpa batas, melainkan kebebasan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Guru memiliki peran untuk memastikan kemerdekaan ini digunakan secara konstruktif.

Melalui kemerdekaan belajar, anak diharapkan dapat mengembangkan kreativitas, inisiatif, dan rasa percaya diri. Mereka tidak hanya menjadi penerima informasi pasif, tetapi juga subjek aktif dalam proses pembelajaran. Ini adalah bagian integral dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menekankan pada pengembangan individu seutuhnya.

Pendidikan Berbasis Kebudayaan (Kodrat Alam dan Kodrat Zaman)

Aspek penting lainnya dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah relevansi pendidikan dengan kebudayaan. Beliau berpendapat bahwa pendidikan harus selaras dengan kodrat alam (karakteristik lingkungan dan budaya lokal) dan kodrat zaman (perkembangan zaman dan kemajuan teknologi). Artinya, pendidikan tidak boleh tercerabut dari akar budaya bangsa, namun juga harus adaptif terhadap perubahan global.

Baca Juga:  Profesi apa yang bermain saat kerja dan kerja saat bermain?

Pendidikan harus mampu menanamkan nilai-nilai luhur bangsa, sekaligus membekali peserta didik dengan keterampilan yang relevan untuk masa depan. Keseimbangan antara tradisi dan modernitas ini menjadi kunci dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara untuk membentuk generasi yang berkarakter kuat dan mampu bersaing di kancah global.

Trilogi Pendidikan Ki Hajar Dewantara: Peran Sentral Pendidik

Salah satu kontribusi terbesar Ki Hajar Dewantara yang paling dikenal adalah Trilogi Pendidikan atau Tiga Semboyan Pendidikan. Semboyan ini menggambarkan peran ideal seorang pendidik.

Ing Ngarso Sung Tulodo: Menjadi Teladan di Depan

Semboyan pertama, Ing Ngarso Sung Tulodo, berarti “di depan memberi teladan”. Ini menekankan bahwa seorang pendidik harus menjadi contoh nyata bagi peserta didiknya. Teladan ini mencakup perilaku, sikap, tutur kata, dan semangat belajar. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai luhur melalui tindakannya.

Sebagai pemimpin di kelas, guru memiliki tanggung jawab moral untuk menunjukkan integritas dan profesionalisme. Pemikiran ini adalah fondasi etika dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, di mana guru adalah mercusuar moral bagi anak didiknya.

Ing Madyo Mangun Karso: Membangkitkan Semangat di Tengah

Semboyan kedua, Ing Madyo Mangun Karso, berarti “di tengah membangun semangat”. Pendidik diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, memotivasi, dan membangkitkan semangat serta kemauan belajar siswa. Guru harus menjadi fasilitator yang mendorong partisipasi aktif dan kreativitas.

Guru sebagai Katalisator Pembelajaran

Dalam peran ini, guru bertindak sebagai katalisator yang memicu minat belajar siswa. Mereka menciptakan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menarik, sehingga siswa merasa terlibat dan bersemangat untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Ini adalah bagian penting dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang berpusat pada siswa.

Baca Juga:  sebutkan 15 jenis alat ukur beserta satuannya !

Mendorong Inisiatif dan Kreativitas Siswa

Pendidik juga bertanggung jawab untuk mendorong inisiatif dan kreativitas siswa. Mereka memberikan ruang bagi siswa untuk bereksperimen, bertanya, dan menemukan solusi sendiri. Hal ini sejalan dengan prinsip kemerdekaan belajar yang diusung oleh filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Tut Wuri Handayani: Mendorong dari Belakang

Semboyan ketiga, Tut Wuri Handayani, berarti “di belakang memberi dorongan”. Setelah memberikan teladan dan membangkitkan semangat, pendidik harus memberikan dukungan dan dorongan dari belakang. Ini berarti memberikan kepercayaan kepada siswa untuk mengambil keputusan, membiarkan mereka belajar dari kesalahan, dan siap sedia memberikan bantuan jika diperlukan.

Peran ini menegaskan bahwa guru tidak boleh terlalu mengintervensi atau mendominasi proses belajar siswa. Sebaliknya, mereka harus menjadi pendukung yang kuat, memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkembang sesuai jalannya sendiri. Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menempatkan siswa sebagai subjek utama, dengan guru sebagai pendamping setia dalam perjalanan pendidikan mereka.

Relevansi Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara di Era Modern

Meskipun digagas puluhan tahun lalu, filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara tetap relevan hingga saat ini, bahkan di tengah gempuran teknologi dan informasi. Konsep-konsep seperti pendidikan yang berpusat pada siswa, kemerdekaan belajar, pendidikan karakter, dan pendidikan berbasis budaya semakin menemukan urgensinya.

Di era digital, di mana informasi sangat mudah diakses, peran guru sebagai penuntun (Sistem Among) menjadi krusial untuk membantu siswa memilah dan menggunakan informasi secara bijak. Konsep “kodrat zaman” mendorong kita untuk terus mengadaptasi kurikulum dan metode pengajaran agar relevan dengan kebutuhan masa depan. Pendidikan karakter yang menjadi fokus utama dalam trilogi Ki Hajar Dewantara juga semakin penting untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bermoral dan beretika.

Kesimpulan

Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah warisan berharga bagi bangsa Indonesia. Dengan landasan kemanusiaan, kemerdekaan, dan kebudayaan, beliau telah meletakkan dasar bagi sistem pendidikan yang bertujuan memanusiakan manusia seutuhnya. Konsep Sistem Among, kemerdekaan belajar, pendidikan berbasis budaya, dan Trilogi Pendidikan (Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani) bukan hanya sekadar slogan, melainkan pedoman yang mendalam bagi setiap insan pendidik.

Memahami dan mengimplementasikan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara berarti turut serta dalam mewujudkan cita-cita pendidikan nasional yang mampu membentuk individu yang berkarakter, mandiri, kreatif, dan cinta tanah air. Pemikirannya akan terus menjadi inspirasi tak terbatas dalam upaya memajukan pendidikan di Indonesia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top