Berikut yang bukan dari prinsip dalam membuat pertanyaan refleksi adalah ?

Berikut yang bukan dari prinsip dalam membuat pertanyaan refleksi adalah ?

Jawaban 1 :

Berikut prinsip dalam melakukan refleksi di kelas :

Berkelanjutan, dalam membuat pertanyaan refleksi prinsip pertama yang perlu diperhatikan adalah pertanyaan tersebut bersifat berkelanjutan.
Komprehensif, kegiatan refleksi pembelajaran dilakukan secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga hasil pembelajaran.
Terintegrasi, refleksi dilakukan secara terintegrasi antar aspek-aspek pembelajaran. Masing-masing aspek yang ada dalam kegiatan pembelajaran memiliki hubungan satu sama lain.
Jujur, kegiatan refleksi harus dilakukan secara jujur.
Sistematis, prinsip dalam melakukan refleksi adalah sistematis.

Dijawab Oleh :

Arif Kuswandi, S.Pd.I

Jawaban 2 :

Berikut prinsip dalam melakukan refleksi di kelas :

Berkelanjutan, dalam membuat pertanyaan refleksi prinsip pertama yang perlu diperhatikan adalah pertanyaan tersebut bersifat berkelanjutan.
Komprehensif, kegiatan refleksi pembelajaran dilakukan secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga hasil pembelajaran.
Terintegrasi, refleksi dilakukan secara terintegrasi antar aspek-aspek pembelajaran. Masing-masing aspek yang ada dalam kegiatan pembelajaran memiliki hubungan satu sama lain.
Jujur, kegiatan refleksi harus dilakukan secara jujur.
Sistematis, prinsip dalam melakukan refleksi adalah sistematis.

Dijawab Oleh :

Dr. Yohanes Nong Loar, M.Pd

Penjelasan :

Memahami Esensi Pertanyaan Refleksi

Pertanyaan refleksi adalah alat yang ampuh untuk mendorong introspeksi dan pembelajaran. Berbeda dengan pertanyaan faktual yang hanya membutuhkan jawaban deskriptif, pertanyaan refleksi mengajak kita untuk menggali makna, perasaan, dan implikasi dari suatu pengalaman. Mereka memaksa kita untuk melihat lebih dari sekadar permukaan, menganalisis mengapa sesuatu terjadi dan bagaimana kita bisa bertindak secara berbeda di masa mendatang.

Fungsi utama dari pertanyaan refleksi adalah memfasilitasi proses berpikir kritis dan analitis terhadap diri sendiri dan lingkungan. Ini bukan sekadar mengingat apa yang terjadi, melainkan memahami mengapa itu penting, apa yang kita pelajari, dan bagaimana kita akan menerapkan pembelajaran tersebut. Dengan demikian, dibawah ini yang termasuk pertanyaan refleksi adalah pertanyaan-pertanyaan yang mengundang eksplorasi mendalam, bukan hanya respons dangkal.

Prinsip-Prinsip Kunci dalam Merancang Pertanyaan Refleksi yang Efektif

Menciptakan pertanyaan refleksi yang benar-benar memicu wawasan memerlukan pemahaman tentang beberapa prinsip dasar. Prinsip-prinsip ini memastikan bahwa pertanyaan tersebut relevan, memancing pemikiran, dan berorientasi pada pertumbuhan. Dengan mengikuti pedoman ini, kita dapat memaksimalkan potensi refleksi untuk pengembangan diri.

Baca Juga:  Jelaskan Perbedaan uji statistik parametrik dan nonparametrik !

Spesifik dan Jelas

Pertanyaan refleksi yang baik harus spesifik dan jelas. Pertanyaan yang terlalu umum seringkali menghasilkan jawaban yang umum pula, tanpa kedalaman yang berarti. Fokuskan pertanyaan pada peristiwa, situasi, atau perasaan tertentu yang ingin Anda eksplorasi. Misalnya, daripada bertanya “Bagaimana harimu?”, lebih baik tanyakan “Apa satu momen paling menantang hari ini dan bagaimana kamu menghadapinya?”.

Spesifisitas membantu kita mengarahkan pikiran pada area yang tepat, mencegah kita tersesat dalam generalisasi. Ini juga membantu mengidentifikasi akar masalah atau sumber pembelajaran dengan lebih akurat. Semakin jelas pertanyaan, semakin terarah pula proses refleksi yang terjadi.

Berorientasi pada Pembelajaran dan Pertumbuhan

Tujuan utama refleksi adalah untuk belajar dan tumbuh. Oleh karena itu, pertanyaan refleksi harus dirancang untuk mendorong identifikasi wawasan baru, bukan hanya menceritakan kembali peristiwa. Pertanyaan harus memicu pemikiran tentang apa yang dapat dipelajari dari pengalaman, bagaimana itu mengubah perspektif, atau apa yang bisa dilakukan secara berbeda di masa depan.

Pertanyaan yang berorientasi pada pertumbuhan akan seringkali melibatkan kata-kata seperti “apa yang kamu pelajari?”, “bagaimana ini memengaruhimu?”, atau “apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?”. Fokusnya adalah pada kemajuan dan pengembangan diri, bukan hanya pengulangan atau deskripsi tanpa makna. Ini adalah esensi dari pembelajaran berkelanjutan melalui refleksi.

Memicu Pemikiran Kritis dan Mendalam

Pertanyaan refleksi yang efektif harus memicu pemikiran kritis dan mendalam. Ini berarti pertanyaan harus mengajak kita untuk menganalisis, mengevaluasi, dan mensintesis informasi, bukan hanya mengingat fakta. Mereka harus mendorong kita untuk mempertanyakan asumsi, mengeksplorasi sudut pandang yang berbeda, dan memahami alasan di balik tindakan atau perasaan.

Pertanyaan yang memicu pemikiran kritis seringkali menggunakan “mengapa”, “bagaimana”, dan “apa dampaknya”. Mereka mendorong kita untuk menggali lebih dalam dari sekadar jawaban permukaan. Ini adalah kunci untuk mengungkap wawasan yang benar-benar transformatif dan mengubah cara kita melihat dunia atau diri sendiri.

Apa yang BUKAN Prinsip dalam Membuat Pertanyaan Refleksi? Menghindari Kesalahan Umum

Memahami apa yang membuat pertanyaan refleksi menjadi efektif sama pentingnya dengan mengetahui berikut yang bukan dari prinsip dalam membuat pertanyaan refleksi adalah. Dengan mengidentifikasi dan menghindari kesalahan umum ini, kita dapat memastikan bahwa upaya refleksi kita menghasilkan manfaat maksimal. Kesalahan-kesalahan ini seringkali menghambat proses introspeksi yang mendalam dan produktif.

Pertanyaan yang Bersifat Menghakimi atau Menuduh

Salah satu prinsip yang bukan bagian dari pembuatan pertanyaan refleksi yang baik adalah pertanyaan yang bersifat menghakimi atau menuduh. Pertanyaan semacam ini cenderung menciptakan rasa bersalah, defensif, atau malu, yang pada akhirnya menghambat kejujuran dan eksplorasi diri yang otentik. Misalnya, bertanya “Mengapa kamu selalu membuat kesalahan bodoh itu?” lebih merupakan penghakiman daripada ajakan refleksi.

Baca Juga:  25 Gram berapa sendok makan ?

Refleksi seharusnya menjadi ruang yang aman untuk eksplorasi diri, bukan arena untuk mencela. Alih-alih menghakimi, fokuslah pada pemahaman dan pembelajaran. Ubah pertanyaan yang menghakimi menjadi pertanyaan yang netral dan berorientasi pada solusi. Ini akan mendorong penerimaan diri dan kemauan untuk belajar dari pengalaman, bahkan yang negatif sekalipun.

Pertanyaan Tertutup (Ya/Tidak)

Pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan “ya” atau “tidak”, juga bukan merupakan prinsip yang baik dalam membuat pertanyaan refleksi. Meskipun terkadang berguna untuk mengonfirmasi fakta, pertanyaan tertutup sangat membatasi ruang untuk eksplorasi mendalam, pemikiran kritis, dan ekspresi emosi. Mereka tidak mendorong narasi atau analisis yang kaya.

Mengapa Pertanyaan Tertutup Membatasi Refleksi?

Ketika pertanyaan hanya membutuhkan jawaban biner, ia secara otomatis mematikan kesempatan untuk menjelaskan mengapa, bagaimana, atau apa yang dirasakan. Ini menghentikan alur pemikiran reflektif dan mencegah penemuan wawasan baru. Misalnya, jika Anda bertanya “Apakah Anda merasa puas dengan presentasi Anda?”, jawaban “ya” atau “tidak” tidak memberikan informasi tentang apa yang membuat Anda puas atau tidak puas, atau apa yang bisa diperbaiki.

Transformasi dari Pertanyaan Tertutup menjadi Reflektif

Untuk mengubah pertanyaan tertutup menjadi reflektif, tambahkan elemen “mengapa”, “bagaimana”, atau “apa yang dapat dipelajari”. Alih-alih “Apakah Anda senang dengan hasil proyek?”, tanyakan “Apa aspek yang paling memuaskan dari proyek ini dan mengapa?” atau “Jika ada satu hal yang bisa Anda ubah dari proses proyek ini, apa itu dan mengapa?”. Ini membuka pintu untuk jawaban yang lebih kaya dan mendalam.

Pertanyaan yang Terlalu Umum atau Tidak Jelas

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pertanyaan yang terlalu umum atau tidak jelas juga bukan prinsip yang baik. Meskipun ini mungkin tampak sepele, dampaknya pada kualitas refleksi sangat signifikan. Pertanyaan seperti “Bagaimana perasaanmu?” atau “Ceritakan tentang pengalamanmu” terlalu luas untuk memandu pikiran ke arah tertentu, sehingga seringkali menghasilkan jawaban yang dangkal atau tidak fokus.

Pertanyaan yang tidak jelas dapat menyebabkan kebingungan atau ketidakpastian tentang apa yang sebenarnya harus direfleksikan. Ini membuang-buang waktu dan energi tanpa menghasilkan wawasan yang berarti. Selalu usahakan untuk membuat pertanyaan sejelas dan sespesifik mungkin, merujuk pada konteks atau peristiwa tertentu.

Mengidentifikasi Pertanyaan Refleksi yang Baik: Dibawah Ini yang Termasuk Pertanyaan Refleksi Adalah…

Setelah memahami prinsip-prinsip dan apa yang harus dihindari, sekarang kita bisa lebih mudah mengidentifikasi dibawah ini yang termasuk pertanyaan refleksi adalah jenis pertanyaan yang benar-benar efektif. Pertanyaan-pertanyaan ini akan memandu Anda atau orang lain menuju pemahaman yang lebih dalam dan pembelajaran yang bermakna.

Baca Juga:  Yang termasuk output jangka panjang dari kurikulum nasional adalah​ ?

Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan refleksi yang baik, dikategorikan berdasarkan fokusnya:

  • Untuk Memahami Pengalaman:
    • “Apa momen kunci atau titik balik dalam pengalaman ini?”
    • “Bagaimana perasaanmu selama dan setelah peristiwa ini?”
    • “Apa yang paling mengejutkanmu dari situasi ini?”
    • “Asumsi apa yang kamu miliki sebelum pengalaman ini, dan apakah itu berubah?”
  • Untuk Menganalisis Tindakan dan Keputusan:
    • “Mengapa kamu memilih untuk bertindak seperti itu?”
    • “Apa konsekuensi, baik positif maupun negatif, dari keputusanmu?”
    • “Jika kamu bisa kembali ke masa lalu, apa yang akan kamu lakukan secara berbeda dan mengapa?”
    • “Bagaimana tindakanmu memengaruhi orang lain atau situasi di sekitarmu?”
  • Untuk Mengidentifikasi Pembelajaran dan Pertumbuhan:
    • “Apa pelajaran terbesar yang kamu dapatkan dari pengalaman ini?”
    • “Bagaimana pengalaman ini membentuk atau mengubah perspektifmu tentang diri sendiri atau dunia?”
    • “Keterampilan atau kekuatan baru apa yang kamu temukan dalam dirimu melalui ini?”
    • “Bagaimana kamu bisa menerapkan pembelajaran ini dalam situasi di masa depan?”
  • Untuk Perencanaan Masa Depan:
    • “Berdasarkan refleksi ini, tujuan apa yang ingin kamu tetapkan untuk dirimu sendiri?”
    • “Langkah konkret apa yang akan kamu ambil untuk mencapai tujuan tersebut?”
    • “Dukungan apa yang kamu butuhkan untuk bergerak maju?”
    • “Bagaimana kamu akan mengukur kemajuanmu?”

Setiap pertanyaan di atas dirancang untuk membuka dialog internal yang jujur, memicu pemikiran mendalam, dan pada akhirnya, mendorong pertumbuhan pribadi. Mereka spesifik, berorientasi pada pembelajaran, dan memicu pemikiran kritis, jauh dari pertanyaan yang menghakimi atau tertutup.

Manfaat Praktis dari Kebiasaan Refleksi yang Tepat

Membiasakan diri dengan pertanyaan refleksi yang tepat membawa segudang manfaat. Ini bukan hanya tentang introspeksi sesaat, melainkan fondasi untuk pengembangan diri yang berkelanjutan. Praktik refleksi secara teratur dapat meningkatkan kecerdasan emosional, memungkinkan kita memahami dan mengelola emosi dengan lebih baik. Kita menjadi lebih sadar diri, mampu mengidentifikasi pemicu stres dan cara mengatasinya secara konstruktif.

Selain itu, refleksi meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan. Dengan menganalisis pengalaman masa lalu, kita belajar dari kesalahan dan keberhasilan, sehingga dapat membuat pilihan yang lebih tepat di masa depan. Ini juga memupuk daya tahan (resilience), karena kita belajar untuk melihat tantangan sebagai peluang untuk belajar, bukan sebagai kegagalan. Pada akhirnya, refleksi yang mendalam dan terarah adalah investasi dalam diri yang akan terus memberikan dividen dalam bentuk pertumbuhan pribadi dan profesional.

Kesimpulan

Menciptakan pertanyaan refleksi yang efektif adalah seni sekaligus sains. Ini memerlukan pemahaman tentang tujuan refleksi itu sendiri—yakni untuk memfasilitasi pembelajaran, pertumbuhan, dan pemahaman diri yang lebih dalam. Kita telah melihat bahwa berikut yang bukan dari prinsip dalam membuat pertanyaan refleksi adalah pertanyaan yang menghakimi, tertutup, atau terlalu umum. Menghindari jenis pertanyaan ini adalah kunci untuk membuka potensi penuh dari praktik refleksi.

Sebaliknya, dibawah ini yang termasuk pertanyaan refleksi adalah pertanyaan yang spesifik, berorientasi pada pembelajaran, dan memicu pemikiran kritis. Dengan melatih diri untuk merangkai dan menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu, kita membekali diri dengan alat yang ampuh untuk navigasi kehidupan. Mari jadikan refleksi sebagai bagian integral dari perjalanan kita, mengubah setiap pengalaman menjadi batu loncatan menuju versi diri yang lebih bijaksana dan berkembang.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top