Tolong rangkumkan kisah uwais al qarni !
Jawaban 1 :
Uwais al-Qarni menjadi sebuah narasi betapa Rasulullah mewasiatkan kepada kita untuk menyayangi ibu. Seorang fakir dari Yaman yang tidak pernah berjumpa dengan Rasulullah. Namanya tidak pernah disebut di kalangan para sahabat. Namun, sosoknya dikagumi bahkan oleh Nabi. Dalam sebuah hadis riwayat Ahmad, Rasulullah pernah bersabda, “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Amalnya memang tidak main-main. Uwais amat patuh dan hormat kepada ibunya yang lumpuh. Pada satu waktu, Uwais pernah meminta izin kepada ibunya untuk pergi ke Madinah untuk berjumpa dengan Rasulullah SAW.
Ibunya memberi izin dengan syarat untuk cepat pulang karena merasa sakit-sakitan. Sesampainya di Madinah, Uwais tidak mendapati Rasulullah. Nabi SAW tengah memimpin pasukan Muslimin untuk berangkat perang. Mengingat pesan ibunda, Uwais lekas pulang. Dia hanya menitip pesan kepada Siti Aisyah Ra.
Kisah lain dari Uwais, yakni keteguhannya untuk memenuhi permintaan ibunya untuk pergi haji. Padahal, keluarga mereka tengah berada dalam impitan ekonomi. Ide gila Uwais tercetus. Dia harus melatih fisiknya de ngan menggendong seekor lembu setiap hari. Logika sederhana Uwais, ketika fisiknya kuat, dia mampu menggendong ibunya untuk pergi berhaji.
Dia pun mulai me nabung bahan makanan sebagai bekal perjalanan untuk ibunya. Hingga musim haji tiba, berangkatlah ibu yang lumpuh untuk menunaikan rukun Islam ke-lima lewat punggung anak nya.
Lantas, apakah amal itu bisa membalas jerih ibu saat melahirkan dan menyusui? Ibnu Umar pernah melihat seseorang lelaki menggendong ibunya sambil bertawaf mengelilingi Ka’bah. Dia lantas bertanya kepadanya. “Wahai Ibnu Umar, apakah aku sudah membalas kebaikan ibuku?” Ibnu Umar menjawab, “Belum meski sekadar satu serangan ibumu ketika melahirkanmu. Akan tetapi, engkau sudah berbuat baik. Allah akan memberi balasan yang banyak terhadap sedikit amal yang engkau lakukan.”
Tidak heran Rasulullah SAW jika menyuruh manusia untuk mencari surga lewat keridhaan ibunya. “Surga itu di bawah te lapak kaki ibu.” (HR Ahmad, an- Nasai, Ibn Majah, dan al-Hakim).
Berdasarkan tafsir ulama hadis, maksud dari hadis itu ada lah ukuran dalam berbakti dan khid mat kepada ibu bagaikan debu yang berada di bawah telapak kaki mereka. Mendahulukan kepentingan mereka atas kepentingan sendiri dan memilih berbakti ke pada mereka daripada berbakti pada setiap hamba-hamba Allah lainnya.
Ibu rela menanggung beban penderitaan kala mengandung, melahirkan, menyusui, dan mendidik buah hati mereka.
Dijawab Oleh :
Arif Kuswandi, S.Pd.I
Jawaban 2 :
Uwais al-Qarni menjadi sebuah narasi betapa Rasulullah mewasiatkan kepada kita untuk menyayangi ibu. Seorang fakir dari Yaman yang tidak pernah berjumpa dengan Rasulullah. Namanya tidak pernah disebut di kalangan para sahabat. Namun, sosoknya dikagumi bahkan oleh Nabi. Dalam sebuah hadis riwayat Ahmad, Rasulullah pernah bersabda, “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Amalnya memang tidak main-main. Uwais amat patuh dan hormat kepada ibunya yang lumpuh. Pada satu waktu, Uwais pernah meminta izin kepada ibunya untuk pergi ke Madinah untuk berjumpa dengan Rasulullah SAW.
Ibunya memberi izin dengan syarat untuk cepat pulang karena merasa sakit-sakitan. Sesampainya di Madinah, Uwais tidak mendapati Rasulullah. Nabi SAW tengah memimpin pasukan Muslimin untuk berangkat perang. Mengingat pesan ibunda, Uwais lekas pulang. Dia hanya menitip pesan kepada Siti Aisyah Ra.
Kisah lain dari Uwais, yakni keteguhannya untuk memenuhi permintaan ibunya untuk pergi haji. Padahal, keluarga mereka tengah berada dalam impitan ekonomi. Ide gila Uwais tercetus. Dia harus melatih fisiknya de ngan menggendong seekor lembu setiap hari. Logika sederhana Uwais, ketika fisiknya kuat, dia mampu menggendong ibunya untuk pergi berhaji.
Dia pun mulai me nabung bahan makanan sebagai bekal perjalanan untuk ibunya. Hingga musim haji tiba, berangkatlah ibu yang lumpuh untuk menunaikan rukun Islam ke-lima lewat punggung anak nya.
Lantas, apakah amal itu bisa membalas jerih ibu saat melahirkan dan menyusui? Ibnu Umar pernah melihat seseorang lelaki menggendong ibunya sambil bertawaf mengelilingi Ka’bah. Dia lantas bertanya kepadanya. “Wahai Ibnu Umar, apakah aku sudah membalas kebaikan ibuku?” Ibnu Umar menjawab, “Belum meski sekadar satu serangan ibumu ketika melahirkanmu. Akan tetapi, engkau sudah berbuat baik. Allah akan memberi balasan yang banyak terhadap sedikit amal yang engkau lakukan.”
Tidak heran Rasulullah SAW jika menyuruh manusia untuk mencari surga lewat keridhaan ibunya. “Surga itu di bawah te lapak kaki ibu.” (HR Ahmad, an- Nasai, Ibn Majah, dan al-Hakim).
Berdasarkan tafsir ulama hadis, maksud dari hadis itu ada lah ukuran dalam berbakti dan khid mat kepada ibu bagaikan debu yang berada di bawah telapak kaki mereka. Mendahulukan kepentingan mereka atas kepentingan sendiri dan memilih berbakti ke pada mereka daripada berbakti pada setiap hamba-hamba Allah lainnya.
Ibu rela menanggung beban penderitaan kala mengandung, melahirkan, menyusui, dan mendidik buah hati mereka.
Dijawab Oleh :
Aryani, S.Pd
Penjelasan :
Siapakah Uwais al-Qarni? Sosok Agung yang Tak Dikenal di Bumi
Uwais al-Qarni adalah seorang pemuda yang berasal dari Qaran, sebuah daerah di negeri Yaman. Ia hidup pada zaman Rasulullah SAW, namun karena keterbatasan dan tanggung jawabnya merawat sang ibu, ia tidak pernah memiliki kesempatan untuk bertemu langsung dengan Nabi. Oleh karena itu, ia digolongkan sebagai seorang Tabi’in (generasi setelah sahabat) terbaik.
Kehidupannya sangat sederhana, bahkan bisa dibilang miskin. Ia juga memiliki riwayat penyakit kusta yang membuat kulitnya belang. Namun, di balik segala keterbatasan fisik dan materi tersebut, tersimpan hati yang luar biasa mulia dan penuh dengan cinta kepada Allah SWT serta ibunya.
Puncak Ketaatan: Bakti Luar Biasa kepada Sang Ibu
Inti dari kemuliaan dan keistimewaan Uwais al-Qarni terletak pada baktinya yang tak terhingga kepada ibunya. Inilah pilar utama yang membuat namanya harum di hadapan Sang Pencipta. Bagian paling menyentuh dari kisah Uwais al-Qarni singkat ini adalah dedikasinya yang total kepada sang ibu.
Merawat Ibu yang Lumpuh dan Buta
Ibu Uwais adalah seorang wanita tua yang lumpuh dan buta. Uwais mendedikasikan seluruh hidupnya untuk merawat sang ibu. Ia tidak pernah sekalipun membiarkan ibunya merasa kesulitan. Setiap hari, ia menyuapi, membersihkan, dan memenuhi segala kebutuhan ibunya dengan penuh kesabaran dan tanpa keluh kesah.
Baginya, melayani ibu adalah ibadah tertinggi. Setiap permintaan dan keinginan ibunya adalah perintah yang harus ia laksanakan dengan sebaik-baiknya. Ketaatan inilah yang menjadi fondasi kemuliaan akhlaknya.
Perjalanan Suci Menggendong Ibu ke Mekkah
Suatu hari, sang ibu menyuarakan keinginan terbesarnya: menunaikan ibadah haji ke Baitullah di Mekkah. Mendengar hal ini, Uwais merasa sedih karena ia tidak memiliki harta maupun kendaraan untuk membawa ibunya menempuh perjalanan yang sangat jauh dari Yaman ke Mekkah.
Namun, tekadnya untuk membahagiakan sang ibu lebih besar dari rintangan apa pun. Ia kemudian membeli seekor anak lembu dan setiap hari menggendongnya naik-turun bukit. Orang-orang di sekitarnya menganggapnya aneh, namun Uwais punya tujuan mulia. Selama berbulan-bulan, ia melatih fisiknya hingga anak lembu itu tumbuh menjadi besar dan Uwais pun memiliki kekuatan yang luar biasa.
Ketika musim haji tiba, dengan kekuatan yang telah ia latih, Uwais menggendong ibunya di punggungnya. Ia berjalan kaki menempuh ratusan kilometer padang pasir dari Yaman hingga Mekkah. Sebuah perjalanan yang menunjukkan betapa besar cinta dan pengorbanannya.
Doa Tulus yang Menggetarkan Langit
Setibanya di Mekkah dan setelah menyelesaikan rangkaian ibadah haji, ibunya berdoa dengan tulus untuk Uwais. Sang ibu memohon agar Allah SWT mengampuni semua dosa anaknya yang telah berbakti kepadanya.
Namun, Uwais justru menengadahkan tangan dan berdoa, “Ya Allah, ampunilah semua dosa ibuku.” Ibunya pun bertanya, “Lalu bagaimana dengan dosamu, wahai Uwais?” Dengan penuh kerendahan hati, Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka cukuplah keridhaan ibu untukku.” Doa yang tulus dan ikhlas inilah yang semakin mengangkat derajatnya di sisi Allah.
Kemasyhuran di Langit dan Pesan Rasulullah SAW
Meskipun tidak dikenal di bumi, nama Uwais al-Qarni sangat dikenal di langit. Kemuliaannya bahkan sampai kepada Rasulullah SAW melalui wahyu, yang kemudian beliau sampaikan kepada para sahabatnya.
Namanya Disebut oleh Manusia Terbaik
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya Tabi’in yang terbaik adalah seorang laki-laki yang bernama Uwais. Ia memiliki seorang ibu dan ia sangat berbakti kepadanya. Ia pernah menderita penyakit kusta, lalu ia berdoa kepada Allah dan Allah menyembuhkannya, kecuali sisa sebesar uang dirham. Jika kalian bertemu dengannya, mintalah ampunan darinya untuk kalian.” (HR. Muslim)
Pesan ini menunjukkan betapa istimewanya kedudukan Uwais. Seorang Tabi’in yang doanya diminta oleh dua sahabat utama yang dijamin masuk surga.
Pencarian oleh Dua Sahabat Agung
Setelah Rasulullah SAW wafat, Umar bin Khattab yang telah menjadi Khalifah tidak pernah melupakan pesan tersebut. Setiap kali ada rombongan kafilah dari Yaman, ia selalu bertanya tentang Uwais al-Qarni.
Pertemuan yang Ditunggu-tunggu
Setelah bertahun-tahun mencari, akhirnya Umar dan Ali bertemu dengan rombongan dari Qaran. Mereka menanyakan tentang Uwais, dan akhirnya menemukannya sedang menggembalakan ternak, dalam penampilan yang sangat sederhana. Untuk memastikan, Umar menanyakan ciri-ciri yang disebutkan Nabi, termasuk bekas penyakit kusta sebesar kepingan dirham di tubuhnya.
Permintaan Doa yang Mulia
Setelah yakin bahwa itu adalah Uwais, Umar dan Ali langsung menyampaikan salam dari Rasulullah dan meminta agar Uwais mendoakan ampunan untuk mereka. Uwais merasa sangat terkejut dan tidak pantas. Namun, karena itu adalah perintah Nabi, ia pun mendoakan kedua sahabat mulia tersebut. Ini adalah salah satu momen paling menakjubkan dalam kisah Uwais al-Qarni singkat yang menunjukkan keagungan akhlak dan kerendahan hatinya.
Wafatnya Uwais al-Qarni: Keajaiban yang Menyelimuti Akhir Hayatnya
Setelah ibunya wafat, Uwais al-Qarni akhirnya meninggalkan Yaman untuk bergabung dengan pasukan Muslim di Kufah. Ia turut berjihad di jalan Allah dan syahid dalam Pertempuran Shiffin.
Saat wafatnya, terjadi keajaiban yang membuat banyak orang terheran-heran. Tiba-tiba muncul orang-orang asing yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Mereka dengan sigap mengurus jenazah Uwais, mulai dari memandikan, mengkafani, menyalatkan, hingga menggali liang lahat dan menguburkannya. Setelah prosesi pemakaman selesai, orang-orang misterius itu menghilang begitu saja, membuat para sahabatnya yakin bahwa mereka adalah para malaikat yang diutus Allah untuk mengurus jenazah kekasih-Nya.
Kesimpulan: Pelajaran Abadi dari Kisah Uwais al-Qarni Singkat
Kisah Uwais al-Qarni singkat ini memberikan kita pelajaran yang sangat mendalam dan tak lekang oleh waktu. Kisahnya adalah cermin bagi kita tentang makna sejati dari kemuliaan.
- Keutamaan Berbakti pada Orang Tua (
Birrul Walidain): Baktinya kepada sang ibu adalah kunci yang membuka pintu-pintu langit untuknya. - Pentingnya Keikhlasan: Semua amal ibadah Uwais dilakukan semata-mata karena Allah, tanpa mengharap pujian atau pengakuan dari manusia.
- Kemuliaan Sejati: Ketenaran di mata manusia bukanlah ukuran. Kemuliaan hakiki adalah kedudukan seseorang di hadapan Allah SWT.
Semoga dengan merenungkan kembali ringkasan kisah Uwais al-Qarni singkat ini, kita dapat terinspirasi untuk meneladani akhlak mulianya dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam berbakti kepada orang tua kita.
