Sebutkan perbedaan kurikulum merdeka dengan kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 !

Sebutkan perbedaan kurikulum merdeka dengan kurikulum 2006 dan kurikulum 2013 !

Jawaban 1 :

Kurikulum Merdeka adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pendekatan pendidikan yang lebih fleksibel dan mandiri. Berbeda dengan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013, Kurikulum Merdeka memberikan lebih banyak kebebasan kepada siswa dalam menentukan jalan belajar mereka sendiri.

Dijawab Oleh :

Arif Kuswandi, S.Pd.I

Jawaban 2 :

Kurikulum Merdeka adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pendekatan pendidikan yang lebih fleksibel dan mandiri. Berbeda dengan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013, Kurikulum Merdeka memberikan lebih banyak kebebasan kepada siswa dalam menentukan jalan belajar mereka sendiri.

Dijawab Oleh :

Aryani, S.Pd

Penjelasan :

Memahami Sejarah dan Filosofi Kurikulum di Indonesia

Kurikulum bukan sekadar daftar mata pelajaran atau silabus, melainkan sebuah rancangan besar yang memandu proses pembelajaran, mulai dari tujuan, isi, metode, hingga evaluasi. Perubahan kurikulum di Indonesia selalu dilandasi oleh kebutuhan untuk merespons dinamika zaman, tuntutan global, serta tantangan internal dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Setiap kurikulum membawa filosofi dan pendekatan tersendiri, mencoba menjadi solusi terbaik pada masanya.

Evolusi kurikulum mencerminkan upaya berkelanjutan pemerintah untuk memastikan bahwa pendidikan relevan, efektif, dan mampu membekali peserta didik dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk masa depan. Dari pendekatan yang lebih terpusat, bergeser ke desentralisasi, lalu kembali ke struktur yang lebih terarah, hingga kini menuju fleksibilitas yang berpusat pada siswa.

Mengenal Lebih Dekat Kurikulum 2006 (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006, merupakan kurikulum yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dalam merancang dan mengembangkan pembelajarannya. KTSP mulai diberlakukan secara efektif setelah terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Baca Juga:  Strategi promosi langsung dapat dilakukan dengan menggunakan ...

Fokus Utama KTSP

Fokus utama KTSP adalah pengembangan kompetensi peserta didik berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan secara nasional. Sekolah diberikan keleluasaan untuk menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan potensi lokal dan kebutuhan peserta didik di wilayahnya masing-masing. Ini bertujuan agar pembelajaran lebih kontekstual dan relevan.

Ciri Khas KTSP

KTSP dikenal dengan fleksibilitasnya. Guru dan sekolah memiliki peran sentral dalam mengembangkan kurikulum operasional. Mereka bisa menentukan strategi pembelajaran, materi ajar, dan sistem penilaian yang paling sesuai. Penekanan pada kompetensi membuat KTSP berupaya agar setiap siswa tidak hanya menguasai materi, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Meski demikian, tetap ada kerangka acuan nasional yang harus dipatuhi.

Kurikulum 2013: Revolusi Pembelajaran Abad 21

Kurikulum 2013 (K13) hadir sebagai respons terhadap tantangan global dan kebutuhan akan pendidikan yang lebih komprehensif, mengintegrasikan sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara utuh. K13 mulai diterapkan secara bertahap sejak tahun 2013, membawa perubahan signifikan dalam pendekatan pembelajaran.

Karakteristik Utama Kurikulum 2013

K13 mengedepankan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Pada jenjang SD, K13 menerapkan pendekatan tematik integratif, sementara di SMP dan SMA mata pelajaran diajarkan secara terpisah namun tetap berupaya mengintegrasikan tiga aspek kompetensi (sikap, pengetahuan, keterampilan). Penilaian dalam K13 juga ditekankan pada penilaian otentik yang mencakup berbagai teknik dan bentuk penilaian.

Tantangan Implementasi Kurikulum 2013

Meskipun bertujuan mulia, implementasi K13 tidak lepas dari tantangan. Beberapa di antaranya adalah beban materi yang dianggap padat, kurangnya pemahaman guru terhadap konsep pendekatan saintifik dan penilaian otentik, serta ketersediaan sarana dan prasarana yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Koordinasi antara pusat dan daerah juga menjadi kunci keberhasilan yang perlu terus ditingkatkan.

Kurikulum Merdeka: Inovasi Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didik

Kurikulum Merdeka muncul sebagai kebijakan baru yang diperkenalkan pada tahun 2022, sebagai bagian dari program Merdeka Belajar. Kurikulum ini didesain untuk menjadi lebih sederhana, mendalam, dan fleksibel, khususnya dalam menjawab tantangan krisis pembelajaran (learning loss) akibat pandemi COVID-19. Filosofi utamanya adalah memberikan kemerdekaan kepada guru dan peserta didik.

Latar Belakang dan Tujuan Kurikulum Merdeka

Latar belakang utama Kurikulum Merdeka adalah hasil evaluasi terhadap K13 yang menunjukkan adanya beberapa kendala, terutama dalam hal kedalaman materi dan fleksibilitas pembelajaran. Kurikulum Merdeka bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, mengurangi beban materi yang tidak esensial, serta memberikan ruang lebih luas bagi pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila.

Baca Juga:  Berikut merupakan prinsip evaluasi kecuali ?

Pilar Utama Kurikulum Merdeka

Ada beberapa pilar yang menjadi ciri khas Kurikulum Merdeka. Pertama, pembelajaran berdiferensiasi, di mana guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan, minat, dan gaya belajar masing-masing peserta didik. Kedua, adanya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), sebuah kegiatan kokurikuler berbasis proyek yang dirancang untuk menguatkan dimensi-dimensi Profil Pelajar Pancasila. Ketiga, kurikulum yang lebih sederhana dan esensial, berfokus pada materi-materi pokok agar guru memiliki waktu lebih banyak untuk pendalaman konsep dan pengembangan kompetensi.

Perbedaan Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka: Analisis Mendalam

Fokus utama pembahasan ini adalah menyoroti perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum merdeka, mengingat keduanya merupakan kurikulum yang paling relevan saat ini. Meskipun K13 masih diterapkan di beberapa sekolah, Kurikulum Merdeka secara bertahap menjadi pilihan utama.

Struktur Kurikulum dan Beban Belajar

K13: Struktur Baku dan Jam Pelajaran Kaku

Pada Kurikulum 2013, struktur kurikulum cenderung lebih baku dengan mata pelajaran wajib yang sudah ditentukan secara nasional. Alokasi jam pelajaran per minggu juga relatif kaku dan seragam untuk semua sekolah, sehingga sedikit ruang untuk penyesuaian.

Kurikulum Merdeka: Fleksibilitas dan P5

Sementara itu, perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum merdeka yang paling menonjol ada pada strukturnya. Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas yang lebih besar. Jam pelajaran intrakurikuler dikurangi, dan sebagian dialokasikan untuk kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Pada jenjang SMA/SMK, peserta didik memiliki kebebasan lebih dalam memilih mata pelajaran sesuai minat dan bakatnya di fase tertentu.

Pendekatan Pembelajaran

K13: Pendekatan Saintifik

Kurikulum 2013 sangat menekankan pendekatan saintifik (5M: Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi, Menalar, Mengomunikasikan). Guru berperan sebagai fasilitator yang memandu siswa dalam proses penemuan.

Kurikulum Merdeka: Pembelajaran Berdiferensiasi dan Berbasis Proyek

Dalam Kurikulum Merdeka, pendekatan pembelajaran lebih fokus pada pembelajaran berdiferensiasi. Guru merancang pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan dan karakteristik peserta didik. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek melalui P5 menjadi ciri khas yang kuat, mendorong siswa untuk belajar secara kolaboratif, kontekstual, dan mengembangkan solusi kreatif. Ini adalah salah satu perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum merdeka yang paling fundamental.

Fokus dan Penilaian

K13: Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)

K13 berfokus pada pencapaian Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terstruktur. Penilaian otentik dalam K13 seringkali kompleks, melibatkan berbagai aspek dan jenis penilaian yang mendalam untuk mengukur sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ada pula penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Baca Juga:  Apa harapan Bapak/ibu agar proses belajar dan mengajar di sekolah semakin berdampak pada murid ?

Kurikulum Merdeka: Capaian Pembelajaran (CP) dan Asesmen Formatif

Perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum merdeka dalam hal fokus dan penilaian adalah Kurikulum Merdeka menggunakan Capaian Pembelajaran (CP) sebagai acuan. CP lebih ringkas dan memberikan ruang lebih bagi guru untuk mengembangkan alur tujuan pembelajaran. Asesmen formatif lebih dominan dibandingkan sumatif, bertujuan untuk memantau perkembangan siswa dan memberikan umpan balik berkelanjutan. Rapor dalam Kurikulum Merdeka cenderung lebih deskriptif, dan tidak ada lagi konsep KKM, melainkan fokus pada kemajuan belajar setiap individu.

Peran Guru dan Peserta Didik

K13: Guru Fasilitator, Siswa Aktif

Pada K13, guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan proses pembelajaran, sementara siswa diharapkan aktif dalam mencari dan membangun pengetahuannya sendiri.

Kurikulum Merdeka: Guru Pemandu, Siswa Mandiri dan Merdeka

Kurikulum Merdeka lebih menempatkan guru sebagai pemandu atau mentor yang mendukung kemerdekaan belajar peserta didik. Siswa didorong untuk menjadi subjek aktif yang mandiri, berani bereksplorasi, dan menentukan jalur belajarnya sendiri, sesuai dengan prinsip “Merdeka Belajar”. Ini adalah salah satu perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum merdeka yang menekankan pada transformasi peran.

Materi Pembelajaran

K13: Materi Padat dan Luas

Materi pembelajaran dalam K13 seringkali dianggap padat dan mencakup cakupan yang luas, sehingga guru dan siswa merasa terburu-buru dalam menyelesaikan materi.

Kurikulum Merdeka: Materi Esensial dan Mendalam

Perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum merdeka juga terletak pada materi. Kurikulum Merdeka menyederhanakan materi, hanya fokus pada konten esensial. Hal ini bertujuan agar guru memiliki lebih banyak waktu untuk pendalaman konsep dan pengembangan kompetensi melalui pembelajaran yang bermakna, termasuk melalui project-based learning.

Perbandingan Komprehensif: KTSP, Kurikulum 2013, dan Kurikulum Merdeka

Untuk memberikan gambaran yang lebih utuh, berikut perbandingan ketiga kurikulum:

  • Otonomi Sekolah: KTSP memberikan otonomi tinggi dalam pengembangan kurikulum operasional. K13 lebih terpusat. Kurikulum Merdeka kembali memberikan fleksibilitas pada sekolah dalam merancang kurikulum operasional, namun dengan kerangka yang lebih jelas.
  • Fokus: KTSP fokus pada pencapaian kompetensi. K13 berfokus pada integrasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum Merdeka berfokus pada pengembangan Profil Pelajar Pancasila, penguatan karakter, dan potensi unik peserta didik.
  • Pendekatan: KTSP menggunakan berbagai pendekatan sesuai kebutuhan sekolah. K13 mengedepankan pendekatan saintifik dan tematik integratif. Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran berdiferensiasi dan berbasis proyek.
  • Penilaian: KTSP menggunakan penilaian bervariasi sesuai standar. K13 menggunakan penilaian otentik yang kompleks dengan KI/KD. Kurikulum Merdeka lebih mengutamakan asesmen formatif, menggunakan Capaian Pembelajaran (CP), dan tidak ada KKM.

Kesimpulan

Perjalanan kurikulum pendidikan di Indonesia, dari KTSP, Kurikulum 2013, hingga Kurikulum Merdeka, mencerminkan komitmen untuk terus beradaptasi dan berinovasi. Setiap kurikulum membawa semangat pembaharuan dan upaya untuk menjawab tantangan zamannya. Perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum merdeka secara signifikan terletak pada tingkat fleksibilitas, pendekatan pembelajaran yang lebih personalisasi melalui diferensiasi dan proyek, serta fokus pada materi esensial dan pengembangan karakter.

Kurikulum Merdeka hadir sebagai upaya untuk menciptakan ekosistem pembelajaran yang lebih inklusif, relevan, dan memberdayakan. Tujuannya adalah agar setiap peserta didik dapat berkembang sesuai potensi uniknya, menjadi pembelajar sepanjang hayat yang memiliki karakter Profil Pelajar Pancasila, dan siap menghadapi masa depan yang terus berubah. Meskipun tantangan implementasi selalu ada, semangat untuk terus menyempurnakan pendidikan di Indonesia tak pernah padam.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top